Delia von Rueti |
Karya Delia bukan hanya dipakai keluarga Al Fayed, melainkan pula para bankir papan atas di New York dan sejumlah sosialita dunia, semisal Michelle Yeoh, artis kelas dunia asal Malaysia. Delia sendiri mengaku pernah ditawari desainer kondang asal Italia Salvatore Ferragamo untuk bergabung dalam sebuah proyek pembuatan perhiasan buat selebriti top dunia. Kendati diiming-imingi bayaran sangat menggiurkan, wanita kelahiran 1966 ini menolak dengan alasan tidak bisa meninggalkan ketiga buah hatinya di Bali: Sarah (13 tahun), Kayla (11 tahun) dan Karina (8 tahun). Ketiga anaknya ini hasil perkawinannya dengan bankir asal Swiss, Patrick von Rueti.
Di Indonesia, perhiasan rancangan Delia sudah banyak dipakai kalangan jet set lokal. Siapa saja? “From the First Lady to the no lady", ujar wanita yang biasa berkomunikasi dalam bahasa Inggris ini sambil tertawa. Selain Ibu Negara Ani Yudhoyono, sosialita lokal penggemar rancangan Delia adalah Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda S. Goeltom. Tentu saja, harga perhiasan yang didesain Delia relatif sangat mahal. Konon, harga untuk sebuah cincin atau anting saja bisa mencapai puluhan juta rupiah.
indonesiaberprestasi.web.id |
Toh, hobi dan kepandaiannya itu tak langsung tersalurkan. Pasalnya, setelah memperoleh beasiswa studi di New York University dan meraih MBA dari San Diego University, ia justru merentas karier di industri keuangan.
Semasa kuliah, Delia bersemangat untuk mencari uang sendiri. Ia memulainya dengan memproduksi sarung tangan karet (latex glove). Ia juga mengirimkan bermacam produk dari Amerika Serikat ke Indonesia. Setelah lulus MBA, wanita berkulit sawo matang ini berkiprah sebagai orang keuangan. Sejak 1993, ia pernah berkiprah di Morgan Stanley dan Goldman Sachs. “Saya dulu bekerja sebagai market maker, yang berurusan dengan spot currency dan hedging sampai tahun 2000, ucapnya.
Pada 2000, Delia dan keluarganya memutuskan pindah dan menetap di Bali supaya bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk anak-anaknya. Sementara itu, suaminya membuat perusahaan sendiri perusahaan keuangan yang mengelola dana ratusan juta dolar. Nah, di Bali, Delia punya waktu luang untuk menyalurkan hobinya merancang perhiasan.
Dalam mendesain perhiasan, Delia hanya menggunakan emas, perak, serta berbagai batu permata kualitas terbaik (seperti opal, mirah, dan jamrud). Selain perhiasan, Delia merancang pula tas tangan (handbag). Untuk tas, bahan bakunya dari kulit reptil, kulit domba, dan kulit burung unta. Sebagian besar karya Delia merupakan buatan tangan (handmade). Ia membuat barang-barang ini dengan dibantu 7 karyawannya.
Untuk memperkenalkan karyanya, Delia memilih media pameran. Januari 2004, untuk pertama kalinya perhiasan buah karyanya dipajang dalam sebuah pameran tunggal di Paris penyelenggaraan pameran ini dibantu seorang temannya. Gayung bersambut. Kalangan high class yang datang ke pameran itu menyukai dan menyebut karyanya sangatlah berbeda. Alhasil, koleksi perhiasan yang ia pamerkan hampir semuanya dibeli. “Ini memotivasi dan memberi saya rasa percaya diri. Here I am, the girl from Sumatera, menjual perhiasan buatan sendiri di ibu kotanya desain dunia, ujarnya bangga.
Beberapa bulan kemudian Delia menggelar pameran lagi. Kali ini di Zurich, Swiss. Lagi-lagi, koleksi perhiasannya yang unik disukai dan ludes terjual. Sejak itu pula nama Delia meroket sebagai perancang perhiasan. Berbagai pameran digelar di berbagai kota besar dunia, seperti La Jolla, Milan, Jenewa, New York, dan tentu saja Jakarta (yang difasilitasi BNI). Bahkan, ia pernah beberapa kali mengikuti pameran perhiasan terbesar di dunia, Baselworld, di Basel, Swiss.
Pada 2005, ia bergabung dengan Yayasan Mutumanikam Nusantara, yang diprakarsai Ani Yudhoyono. Delia diharapkan bisa menjadi teladan dan membantu membina para perajin perak agar bisa mempelajari barang seperti apa yang diinginkan pasar internasional, sehingga bisa berkompetisi di pasar global. Saat ini, peraih penghargaan Indonesian Contemporary Design for the Year 2006 and 2007 ini membina lebih dari 200 perajin perak dan emas di Bali.
Selain itu, Delia memiliki pula organisasi nirlaba yang memberikan beasiswa pada 420 anak di Sumatera untuk biaya sekolah. “My next project is how to go green in Bali", ia menandaskan. Delia bersama teman baiknya, Wayne Shu, juga membuat resor dan hotel di Bali.
Kehebatan Delia dalam merancang perhiasan diakui oleh Pincky Sudarman, VP Eksekutif Alun Alun Indonesia. Menurutnya, desain yang dibuat Delia sangat orisinal, spontan dan berani. “Desain Bu Delia sangat segar. Juga, sangat berani dalam inovasi pemakaian material ataupun memadupadankan antara batu-batuan dan warna-warni metalnya sendiri. Bagi kami, ini pendekatan yang sangat berani, tutur eksekutif yang bertanggung jawab di bidang pengembangan bisnis perusahaannya ini.
Oleh karena itu, sesuai dengan moto Alun Alun Indonesia, yakni Inspiring Indonesia, maka produk karya Delia dinilai memenuhi kriteria untuk dipajang dan dijual di sini. “Pembeli karya Bu Delia di Alun Alun Indonesia adalah kolektor pribadi dan penggemar perhiasan, baik orang Indonesia maupun asing, kata Pincky.
sumber